Translate

Selasa, 22 Oktober 2013

Berbagai Pendekatan dalam Studi Islam

         I.            PENDAHULUAN
Studi Islam merupakan bidang kajian yang telah ada bersama dengan adanya agama Islam. Studi Islam dalam pengertian ini adalah studi Islam secara praktek. Tapi studi Islam sebuah ilmu yang tersusun secara sistematis,ilmiah dan mandiri baru muncul dalam beberapa dekade belakangan.
Dalam Studi Islam ada berbagai pendekatan yaitu pendekatan sejarah sejarah fenomenoli,pendekatan hermeneutik, dan pendekatan sosiologis. Dan makalah ini hadir membahas tentang pendekatan – pendekatan tersebut.

      II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian studi Islam ?
B.     Apa saja pendekatan dalam studi Islam ?

   III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Studi Islam
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic studies dan dalam bahasa Arab adalah Dirasat Al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secara sederhana dimaknai sebagai “kajian Islam”.[1]
Menurut Moh.Nurhakim penggunaan istilah studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud. Pertama,Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktifitas – aktifitas dan program– program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya, seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, Studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang dan kurikulum suatu kajian atas Islam. Seperti ilmu – ilmu agama Islam (Fiqih atau Kalam).
 Ketiga, Studi Islam dikonotasikan dengan institusi – institusi pengkajian Islam baik secara formal maupun nonformal.[2]
Berdasarkan paparan di atas dapat kita pahami bahwa Studi Islam memiliki cakupan makna, pembagian, dan juga bidang garap yang berbeda - beda. Namun, titik tekan utamanya terletak pada ajaran Islam beserta segenap manifestasinya.

B.     Pendekatan dalam Studi Islam
1.      Pendekatan Sejarah
Ditinjau dari sisi etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarah (pohon) dan dari kata history dalam bahasa Inggris yang berarti cerita atau kisah. Kata history sendiri lebih populer untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan.. jika dilacak dari asalnya, history berasal dari bahasa Yunani Istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala – gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis.[3]
Apabila sejarah digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk studi Islam, maka aneka ragam peristiwa keagamaan pada masa lampau umatnya akan dapat mengembangkan pemahaman berbagai gejala dalam dimensi waktu. Dalam hal ini aspek kronologis merupakan cirri khas di dalam mengungkapkan suatu gejala agama atau keagamaan.[4]
Pendekatan sejarah secara kritis bukanlah sebatas dapat melihat peristiwa masa lampau dari segi pertumbuhan, perkembangan, serta keruntuhan, melainkan juga mampu memahami gejala –gejala struktural serta faktor – faktor kausal lainnya atas peristiwa – peristiwa tersebut. Jika pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan gejala – gejala agama dengan menelusuri sumber di masa silam, maka pendekatan ini bisa didasarkan pada personal historis atau atas perkembangan kebudayaan umat pemeluknya. Pendekatan semacam ini berusaha untuk menelusuri awal perkembangan tokoh keagamaan secara individual, untuk menemukan sumber – sumber dan jejak perkembangan perilaku keagamaan sebagai dialog dengan dunia sekitarnya, dan juga mencari pola – pola interaksi antara agama dan masyarakat. Berdasarkan pendekatan tersebut, sejarawan dapat menyajikan deskripsi detail dan eksplanasi tenteng sebab dan akibat atas sesuatu kejadian tertentu. Pendekatan sejarah pada gilirannya akan membimbing ke arah pengembangan teori tentang evolusi agama dan perkembangan tipologi kelompok – kelompok keagamaan.
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian sejarah agama adalah pertama, persiapan sebelum penelitian. Kedua, pengumpulan sejarah (heuristik). Ketiga, kritik terhadap sumber sejarah. Keempat, interpretasi sejarah. Kelima, penulisan sejarah.[5]

2.      Pendekatan Fenomenologi
Fenomenologi adalah sinonim dari fakta. Tapi menurut Pierce berpendapat bahwa phenomenon (fenomenologi) bukan sekedar memberikan deskripsi objek, melainkan telah masuk unsure ilusi, imajinasi, dan impian.[6]
Sejak zaman Edmund Husserl (1859-1938), arti fenomenologi telah menjadi metodologi berpikir. Phenomenon bukan sekedar pengalaman langsung, melainkan pengalaman yang telah mengimplisitkan penafsiran dan klasifikasi. Mulai tahun 1970-an,fenomenologi mulai banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu sebagai pendekatan metodologik.[7]
Orientasi fenomenologi adalah bahwa pengertian yang benar adalah pengertian yang asli dan bersih, yang ditempuh dengan jalan reduksi. Melalui reduksi dapat disingkirkan segala unsur tradisi dari pengertian yang ingin diselidiki ialah fenomin yaitu data sederhana tanpa tambahan yang dapat diserap secara rohanian melalui intuisi (keberlangsungan). Titik pijak fenomenologi dimulai dengan “orang mengetahui dan mengalami secara apa adanya”.[8]

3.      Pendekatan Hermeneutik
Kata Hermeneutik berasal dari kata kerja Yunani Hermeneunien yang berarti mengartikan, menerjemahkan, bertindak sebagai penafsir. Dalam Metologi Yunani, ada tokoh yang namanya dikaitkan dengan hermeneutic, yaitu Hermes. Menurut mitos, Hermes bertugas untuk menafsirkan kehendak dewa dengan bantuan kata – kata manusia agar manusiadapat memahami kehendak dewa. Sebab bahasa dewa tidak dapat dipahami manusia. Ada berbagai spekulasi tentang siapa Hermes sesungguhnya. Seyyed Hossein Nasr menyatakan bahwa dalam tradisi Islam Hermes tidak lain dari Nabi Idris.[9]
Hans George Gadamer meringkas teori Hermeneurik secara filosofis dalam tiga aktifitas eksistensi manusia yaitu subtilitas intellegendi yang berarti memahami (understanding), subtilitas expicandi yang berarti menjelaskan atau menguraikan makna tersirat menjadi makna tersurat, dan subtilitas appicandi yang berarti menerapkanatau mengaitkan makna suatu teks dengan situasi baru dan terkini.[10]
Dalam perkembangannya hingga sekarang ini, hermeneutic minimal mempunyai tiga pengertian . Pertama, dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu yang relatif abstrak (misalnya ide pemikiran) ke dalam bentuk ungkapan – ungkapan yang kongkrit ( misalnya dalam bentuk bahasa). Kedua, terdapat usaha mengalihkan dari suatu bahasa asing yang maknanya jelas tidak diketahui dalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh si pembaca. Ketiga, seseorang sedang memindahkan suatu ungkapan pikiran yang kurang jelas diubah menjadi bentuk ungkapan yang lebih jelas.[11]
Landasan dari metode Hermeneutik adalah interpretasi. Satu hal penting yang harus dipahami bahwa cara kerja interpretasi bukanlah dilakukan secara bebas dan semau interpreter. Kerja interpretasi harus dilakukan dengan bertumpu pada evidensi objektif, yakni bertolak dari faktabahwa sebagian besar perbendaharaan ilmu social terdiri atas konsep tindakan. Konsep tindakan digunakan untuk mendeskripsikan tindakan yang dilakukan dengan tujuan sedemikian rupa sehingga seseorang bisa bertanya apa arah, maksud dan tujuan, atau apa yang hendak dilakukan, dilakukan, dikehendaki, atau dimaksudkan oleh seseorang.[12]
Aspek lain dalam hermeneutic yang sangat pentiing adalah bagaimana mengungkap makna sebuah teks yang asing. Teks memang mempunyai sistem makna tersendiri dalam menyuarakan sejumlah makna. Namun teks hanya sebuah tulisan yang belum tentu mewakili pikiran si penulis secara akurat. Oleh karena itu, dalam memperoleh makna yang sebenarnya di balik teks, dibutuhkan perhatian secara serius untuk mempertimbangkan berbagai variabel yang ada.[13]
Operasi hermeneutik secara utuh seringkali ditentang oleh umat Islam tradisional,karena hermeneutik ini setidaknya membawa tiga macam implikasi yang bertentangan dengan pendirian para ilmuan muslim konvensional yaitu pertama, hermeneutik membawa implikasi bahasanya tanpa konteks, teks itu tidak berharga dan bermakna. Sementara ide tradisional menyatakan bahwa makna yang sebenarnya adalah apa yang dimaksud oleh Allah. Kedua, hermeneutic memberi penekanan kepada manusia sebagai perantara yang menghasilkan makna. Sementara ide tradisional menyatakan bahwa Tuhanlah sebenarnya yang menganugrahkan pemahaman yang benar terhadap seseorang. Ketiga, sangat berbeda dengan tradisi hermeneutic, ilmuan muslim tradisional telah membuat perbedaan yang tidak terjembatani antara teks Al-Qur’an dan tafsir serta penerimanya. Teks Al-Qur’an dianggap sangat sakral sehingga makna yang sebenarnya tidak mungkin bisa tercapai.[14] Pendekatan hermeneutik ini sedang banyak diminati dan dikembangkan dalam studi Islam. Walaupun pendekatan ini tidak diterima oleh seluruh kalangan Islam. Sebab ada yang melarang bahkan melarang penggunaan hermeneutik, tertapi jika dilakukan analisis secara cermat,ada banyak konstribusi positif  yang dapat dikembangkan dalam mengkaji, mengembangkan, dan menggali khazanah Islam dengan pendekatan ini.[15]

4.      Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam kehidupan bersama. Pusat perhatiannya adalah kehidupan kelompok dan tingkah laku sosial. Karena yang diperhatikan adalah masalah – masalah yang sifatnya berkala besar dan substansial serta dalam konteks budaya yang lebih luas, pemahaman sosiologi pun berskala makro,mendasar dan deduktif. Pemahaman mikro dan induktif kurang menarik perhatian sosiologi.[16]
Asumsi dasar pendekatan sosiologi terhadap agama adalah bahwa gejala – gejala keagamaan dapat dimengerti dengan menganalisisnya, sebagai gejala sosial, sebagai sesuatu yang tercipta dalam hubungan antara manusia dan karenanya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori – teori yang berlaku dalam ilmu sosial.[17]
Teori sosiologi tentang watak agama serta kedudukan serta signifikasinya dalam dunia sosial, menndorong ditetapkannya serangkaian kategori – kategori sosiologi, meliputi :

·         Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
·         Kategori biososial, seperti teks, gender, perkawinan, keluarga masa kanak – kanak, dan usia
·         Pola organisasi sosial politik,produksi ekonomi, sistem – sistem pertukaran, dan birokrasi
·         Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup,interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.[18]

Pendekatan sosiologis memiliki makna yang sangat penting dalam konteks studi Islam berbagai dinamika dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat yang memerlukan telaah dan penelitian secara memadahi. Dengan bantuan pendekatan sosiologis, dapat diungkap karakteristik, kekayaan khazanah, dan deskripsi yang unik dari komunitas muslim diberbagai tempat.

   IV.            KESIMPULAN
Studi Islam secara sederhana dimaknai sebagai “kajian Islam”. Ada banyak pendekatan yang dapat dipergunakan untuk studi Islam diantaranya :
a.       Pendekatan Sejarah, Kajian Islam bisa dipelajari dengan melihat sejarah (masa lampau).
b.      Pendekatan Fenomenologi, Kajian Islam bisa dilihat dari fakta – fakta yang ada.
c.       Pendekatan Hermeneutik, Islam bisa dikaji melalui penafsiran dan penerjemahan dari teks – teks yang ada.
d.      Pendekatan Sosiologis, Kajian Islam juga dapat dipelajari dari berbagai gejala sosial.

      V.            PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, sebagai manusia biasa yang mempunyai kemampuan yang terbatas. Tentunya banyak kekurangan yang terdapat di dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah kami ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. 




















Daftar  pustaka
Naim, ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam.Yogjakarta : Teras
Nannolly(ed), Peter. 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogjakarta : LKis





[1] Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Jogjakarta : Teras, 2009), hal. 1
[2] Ibid, hal, 4
[3] Ibid, hal.98
[4] Ibid hal. 102
[5] Ibid, hal. 102
[6] Ibid hal.106
[7] Ibid hal.106
[8] Ibid hal.109
[9] Ibid hal.112
[10] ibid
[11] Ibid hal.113
[12] ibid
[13] Ibid hal.115
[14] Ibid hal.117
[15] Ibid hal.120
[16] Ibid hal.121
[17] ibid
[18] Peter Connolly(ed), aneka pendekatan study agama (Jogjakarta:LKis,2002) hal.283

0 komentar:

Posting Komentar