MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM
DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Islam Indonesia
Dosen Pengampu : Aang khunaepi, M. Ag
Disusun Oleh :
Mukhamad
Farid Ma’ruf
NIM. 103111073
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Hadirnya Islam di muka bumi merupakan sebuah
anugrah yang di berikan pencipta kepadan umat manusia, sehingga dapat membenahi
kesemerawutan, dan kebobrokan umat manusia pada saat itu.
Kejahiliahan masyarakat pada saat itu sedikit
demi sedikit dapat ditangani oleh Islam melalui penyebaran ajarannya, walaupun
hal tersebut mulanya di tentang oleh masyarakat. Berkat ketekunan, ketangguhan,
dan kesabaran Nabi Muhammad dan sahabat, Islam dapat tersebar luas hingga ke
plosok dunia, Indonesia merupakan salah satu didalamnya.
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan
Indonesia dikenal sebagai pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak
awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan
Indonesia dengan berbagai daerah
didataran Asia Tenggara.
Wilayah barat Nusantara dan sekitar malaka sejak
masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil
bumi yang dijual disana menarik para pedagang, serta menjadi daerah lintasan
penting antara cina dan india. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke 1 dan ke 7 M sering disinggahi pedagang asing.
Pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga
ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Berawal dari situlah
islam mulai dikenal dan tersebar secara luas di Indonesia. Untuk memperjelas
hal tersebut, makalah ini berusaha menguak sejarah awal masuk dan berkembangnya
islam di Indonesai, mulai dari teorinya, cara mengislamkan penduduk Indonesia,
hingga perkembangannya di Nusantara.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apasaja yang menjadi
dasar teori masuknya Islam di Indonesia?
B.
Bagaimana cara Islamisasi yang dilakukan oleh umat
islam di Indonesia?
C.
Seperti apa perkembangan Islam di Nusantara?
III.
PEMBAHASAN
A.
Teori Masuknya
Islam di Indonesia
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW,
pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang
pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang
telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari
segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah,
terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan
secara damai.[1]
Islam dalam batas-batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan
oleh para guru agama dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran
islam tidak bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih,
sehingga nama-nama mereka berlalu begitu saja. Dampaknya ialah terjadi
perbedaan pendapat mengenai kedatangan islam pertama kali di Indonesia.
Secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi
sebagai berikut:
a. Dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda,
diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapt bahwa Islam datang ke Indonesia
pada abad ke-13 M dari Gujarat dengan bukti ditemukannya makam sultan yang
beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai
yang dikatakan berasal dari gujarat.
b. Dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof.
Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan
tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa islam sudah datang ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah (± abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari
Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah
dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui selat malaka tang menghubungkan Dinasti
Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia
Barat.
c. Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah
mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya memang benar Islam sudah
datang ke indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru
dianut oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk
secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan
berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.[2]
B.
Cara-cara
Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umum dilakukan secara damai, apabila situasi politik kerajaan mengalami
kekacauan dan kelemahan, disebabkan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana, maka Islam dijadikan alat politik bagi pihak-pihak yang menghendaki
kekuasaan itu. Mereka
berhubungan dengan pedagang–pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena
menguasai pelayaran dan perdagangan.[3]
Dari
paparan di atas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke Indonesia adalah melalui saluran-saluuran sebagai berikut:
a. Perdagangan, yang menggunakan
sarana pelayaran.
b. Dakwah, yang dilakukan oleh
mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubaligh itu bisajadi
juga para sufi pengembara.
c. Perkawinan, yaitu perkawinan
antara pedagang muslim mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan
mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga muslim dan masyarakat
muslim. Dengan perkawinan itu secara tidak langsung orang muslim tersebut
status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih
apabila pedagang besar kawin dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi
pejabat birokrasi.[4]
d. Pendidikan, Islamisasi juga
dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu
calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat
tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden
Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren giri
ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.[5]
e. Tasawuf, pengajar-pengajar
tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal
magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.[6]
Mereka juga ada yang kemudian diangkat menjadi penasehat dan atau pejabat agama
di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin
ar Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai
penasehat bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
Para sufi menyebarkan Islam melalui dua cara:
1.
Dengan membentuk kader mubaligh,
agar mampu menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.
2.
Melalui karya-karya tulis yang
tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Di abad ke 17, Aceh adalah pusat
perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.
f. Kesenian, saluran yang banyak
sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo,
terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk islamisasi,
seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.[7]
g. Politik, di Maluku dan Sulawesi
selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih
dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Disamping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan non Islam itu masuk Islam.[8]
C.
Perkembangan Islam
di Nusantara
Islam di Indonesia (Asia Tenggara) merupakan salah satu
dari tujuh cabang peradaban Islam (sesudah hancurnya persatuan peradaban islam
yang berpusat di Baghdad tahun 1258). Ketujuh cabang perdaban Islam itu secara
lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Persi, Islam Turki, Islam Afrika
Hitam, Islam anak benua India, Islam Arab Melayu, dan Islam Cina. Kebudayaan
yang disebut Arab Melayu
tersebar di wilayah Asia Tenggara memiliki ciri-ciri yang universal.
Kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan itu
menimbulkan transformasi kebudayaan (peradaban) lokal, dari sistem keagamaan
lokal kepada sistem keagamaan Islam yang bisa disebut revolusi agama.
Transformasi masyarakat melayu kepada Islam terjadi bebarengan dengan “masa
perdagangan,” masa ketika Asia Tenggara mengalami peningkatan posisi dalam
perdagangan Timur-Barat. Masa ini mengantarkan wilayah nusantara kedalam
internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak
pernah dialami masyarakat di kawasan ini pada masa-masa sebelumnya.
Konversi masal masyarakat nusantara kepada Islam pada
masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
a.
Portabilitas (siap
pakai) sistem keimanan Islam. Sebelum islam datang, sistem kepercayaan lokal
berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang yang tidak portable. Oleh
karena itu penganut kepercayaan ini tidak boleh jauh dari lingkungannya, sebab
kalau jauh mereka tidak akan mendapat perlindungan dari arwah yang mereka puja.
b.
Asosiasi Islam
dengan kekayaan. Ketika penduduk peribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi
dengan orang muslim pendatang dipelabuhan, mereka adalah pedagang kaya raya.
Karena kekayaan dan kekuatan ekonominya, mereka bisa memainkan peran penting
dalam bidang politik entitas lokal dan bidang diplomatik.
c.
Kejayaan militer.
Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
d.
Memperkenalkan
tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara
yang sebagaian besar belum mengenal tulisan, sedangkan sebagian yang lain sudah
mengenal huruf Sanskrit. Pengenalan tulisan Arab memberikan kesempatan lebih
besar untuk mempunyai kemampuan membaca (literacy). Islam juga
meletakkan otoritas keilahian pada kitab suci yang dituliskan dalam bahasa yang
tidak dikuasai penduduk lokal sehingga memperkuat bobot saklaritasnya.
e.
Mengajarkan
penghapalan. Para penyebar Islam menyadarkan otoritas sakral. Mereka membuat
teks-teks yang ditulis untuk menyampaikan kebenaran yang dapat dipahami dan
dihapalkan. Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk
kepentingan ibadah-ibadah seperti shalat.
f.
Kepandaian dalam
penyembuhan. Di Jawa terdapat legenda yang mengaitkan penyebaran Islam dengan
epidemi yang melanda penduduk. Tradisi tentang konversi kepada islam
berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan.
g.
Pengajaran tentang
moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat. Misalnya,
orang yang taat akan dilindungi tuhan dari segala arwah dan kekuatan jahat.[9]
Melalui sebab-sebab tersebut Islam dapat diterima dan
mendapatkan pengikut banyak dengan cepat, sebab islam tidaklah menolak dengan
keras, namun secara bertahap dan berkesinambungan. Islam adalah agama yang
universal yang berfungsi untuk mendatangkan kesejahteraan bagi umat manusia.[10]
Adapun faktor lain yang mendukung
penyebaran Islam cepat berkembang di Indonesia adalah seperti berikut:
- Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.
- Syaratnya mudah, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat, yang
berisi pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad utusan Tuhan.
- Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih mudah menarik bagi rakyat
biasa yang jumlahnya justru lebih besar.
- Upacara-upacara keagmaan sangat sederhana.
- Islam disebarkan dengan cara damai lewat kesenian dan akulturasi dengan
kebudayaan setempat.
- Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam
berkembang pesat.[11]
IV.
SIMPULAN
Islam sudah datang ke indonesia sejak abad pertama Hijriyah
atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.
Cara-cara Islamisasi di Indonesia melalui
saluran-saluuran sebagai berikut:
a. Perdagangan.
b. Dakwah.
c. Perkawinan,.
d. Pendidikan.
e. Tasawuf.
Para sufi menyebarkan Islam melalui dua cara:
1.
Dengan membentuk kader mubaligh
2.
Melalui karya-karya tulis yang
tersebar dan dibaca diberbagai tempat.
f. Kesenian
g. Politik
Konversi masal masyarakat nusantara kepada Islam pada
masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
a.
Portabilitas (siap
pakai) sistem keimanan Islam.
b.
Asosiasi Islam
dengan kekayaan.
c.
Kejayaan militer.
d.
Memperkenalkan
tulisan.
e.
Mengajarkan
penghapalan.
f.
Kepandaian dalam
penyembuhan.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang
dapat kami paparkan, mudah-mudahan bermanfaat bagi pemakalah khusunya dan bagi
pembaca umumnya, Amiin,,,, Kami
menyadari bahwa makalah kami ini masih tak bisa lepas dari kesalahan-kesalahan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kita butuhkan. Untuk
bekal pembuatan makalah selanjutnya. Untuk semuanya, kami ucapkan terima kasih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Badriyatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)
Su’ud, Abu, ISLAMOLOGI,
Sejarah, Ajaran, dan peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003)
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
[1] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.,7.
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,
hlm.,8-9.
[3] Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2003), hlm., 200.
[10] Abu Su’ud, ISLAMOLOGI,
Sejarah, Ajaran, dan peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), hlm., 26.
[11] http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/02/proses-masuknya-islam-ke-indonesia.html di akses hari
kamis, 26 september 2013
0 komentar:
Posting Komentar