Translate

Rabu, 16 Oktober 2013

FATKHUL MAKKAH


FATKHUL MAKKAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi TugaS
Mata  Kuliah: Sirah Nabawiyah
Dosen Pengampu: Alis Asikin, S. Ag













Disusun Oleh:
Mukhamad Farid Ma'ruf                (103111073)





FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

FATKHUL MAKKAH

I.                   PENDAHULUAN
Perintah Allah untuk menanamkan agama Islam kini telah sempurna, demikian pula pendidikan kepada kaum muslimin, dan cobaan-cobaan Allah atas hati mereka agar bertaqwa. Kaum Quraisy telah dipenuhi oleh kedzaliman dan permusuhan, kebencian kaum Quraisy akan adanya kebenaran, rintangan di jalan menuju Allah, dan peperangan terhadap Islam dan pemeluknya.
Allah berkehendak untuk memasukkan Rasulullah dan kaum muslimin ke kota Makkah dengan merdeka dan menang. Rasulullah dan kaum muslimin akan mensucikan Ka’bah dari najis dan kotoran serta hal-hal keji, dan mengembalikan kota Makkah pada keadaannya semula, sehingga Makkah menjadi tempat mencari pahala bagi manusia dan rasa aman, serta menjadikan Ka’bah sebagai tempat yang penuh berkah dan petunjuk bagi seluruh alam.
Penaklukan kota Makkah ini merupakan penaklukan terbesar yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul, para prajurit dan pasukannya yang dapat dipercaya, dengan penaklukan ini pula ia menyelamatkan Negeri dan Rumah-Nya yang telah dijadikan petunjuk bagi semesta alam, menyelamatkan dari cengkraman tangan orang-orang kafir dan musyrik.
Pada pembahasan makalah ini sedikit pemaparan tentang  Fatkhul Makkah  yang merupakan penaklukan yang besar bagi sejarah kota Makkah disepanjang masa.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Latar Belakang Fatkhulul Makkah?
B.     Bagaimana Persiapan Kaum Muslimin Untuk Membebaskan Kota Makkah?
C.    Bagaimana Peristiwa Penaklukan Kota Makkah?




III.             PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Fatkhul Makkah
Dalam salah satu pasal Perjanjian Hudaibiyah[1], disebutkan bahwa siapa saja diantara suku-suku Arab bebas bergabung dengan pihak Nabi Muhammad atau pihak Quraisy Makkah. Bani Khuza’ah dengan senang hati bergabung dengan Rasulullah, sementara Bani Bakar bersikeras untuk bersekutu dengan kaum Quraisy.
Genjatan senjata hasil kesepakatan Hudaibiyah ini bertahan 17 sampai 18 bulan, kemudian batal dengan sendirinya akibat ulah Bani Bakar yang melanggar salah satu pasalnya. Pada suatu malam, Bani Bakar (pihak Quraisy) dipimpin oleh Naufal bin Mu’awiyah ad-Daili menyerang Bani Khuza’ah (pihak Nabi Muhammad) yang tinggal di dekat sebuah mata air bernama al-Watir[2], mereka dibantu oleh beberapa orang Quraisy. Waktu itu, orang-orang Quraisy berkata, “Muhammad tidak akan mengetahui tindakan kita, Mudah-mudahan tidak ada seorang pun yang melihat kita”. Mereka juga memberi bantuan persenjataan dan kendaraan kepada Bani Bakar dalam penyerangan terhadap Bani Khuza’ah demi membalas dendam kepada Rasulullah.[3]
Suku Khuza’ah menderita korban tewas sebanyak dua puluh orang datang mengadu kepada Nabi, utusan mereka Amr bin Salim menghadap beliau di Madinah menyampaikan keluhan dan harapan kepada Tuhan dan Nabi Muhammad, kemudian ia bersabda, “Engkau pasti memperoleh pertolongan, wahai Amr”.
Tidak lama setelah kehadiran Amr, datanglah Budail bin Warqa’ bersama serombongan suku Khuza’ah menyampaikan hal yang sama, lalu mereka segera kembali ke Makkah. Abu Sufyan tokoh musyrik Quraisy di Makkah, bertemu mereka di jalan. Kendati Budail mengingkari bahwa ia baru saja bertemu dengan Nabi di Madinah, tetapi Abu Sufyan tidak percaya, apalagi setelah dia menemukan di area tempat mereka biji-biji kurma Madinah, yang berarti mereka baru saja dari Madinah.[4]
Disebutkan dalam satu riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar di al-Mathalib al-Aliyah dan satu riwayat lain di al-Fatkhul, sebelum perang meletus Rasulullah sempat mengirimkan surat kepada kaum Quraisy. Dalam surat itu, beliau mengajukan tiga pilihan kepada mereka: membayar denda (diyat) untuk kematian orang-orang bani Khuza’ah, mencabut dukungan terhadap Bani Bakar, atau perang. Ternyata kaum Quraisy memilih perang. Belakangan mereka baru sadar bahwa tindakan itu melanggar perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Mereka pun menyesali lalu meninggalkan Dhamrah. Segera mereka menugaskan Abu Sufyan ke Madinah guna memperbaharui perjanjian dengan kaum Muslimin.
Adapun menurut riwayat yang paling masyhur, ketika kaum Quraisy menyadari kesalahannya, mereka segera mengutus Abu Sufyan ke Madinah sebelum kaum Muslimin mendengar kabar pelanggaran yang mereka lakukan. Sesampainya di Madinah, Abu Sufyan tidak langsung menghadap Rasulullah, melainkan menemui Abu Bakar, kemudian Umar, Fatimah dan terakhir Ali. Namun mereka semua menolaknya, bahkan Umar sempat pula mencacinya, dan akhirnya Abu Sufyan kembali dengan tangan hampa.

B.     Persiapan Kaum Muslimin untuk Membebaskan Makkah
Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap, tetapi beliau sama sekali tidak mengatakan hendak kemana mereka pergi. Tujuan itu baru beliau katakan beberapa waktu kemudian. “Kita akan menyerbu Makkah maka bersiap-siaplah,” sabda beliau sebelum berangkat. Rasulullah mengundang seluruh Muslimin dari berbagai suku dan kabilah yang ada di sekitar Madinah untuk ikut serta dalam penyerangan ini, kekuatan Muslimin saat itu mencapai 10.000 orang.
Setelah memerintahkan kaum Muslimin supaya bergegas, beliau berdoa, “Ya Allah butakan dan tulikan orang-orang Quraisy dari berita kepergian kami ini agar kami bisa menyergap mereka dengan tiba-tiba.”[5]
Untuk lebih menjaga misi kerahasiaan, Rasulullah SAW mengutus  pasukan sebanyak 80 orang yang dipimpin oleh Abu Qatadah bin Rab’I ke suatu perkampungan yang terletak antara Dzu Khasyab dan Dzul Marwah pada awal bulan Ramadhan 8 H, agar ada anggapan bahwa beliau hendak menuju ke tempat tersebut, dan mereka juga diperintahkan untuk menyiarkan kabar itu. Setelah mereka tiba di tempat yang sudah diperintahkan, maka beliau akan berangkat ke Makkah dan mereka diperintahkan untuk menyusul. Rupanya ada seorang yang sangat khawatir dengan keluarganya bila terjadi penyerbuan Makkah, dia adalah Hathib bin Abi Balta’ah.
Ketika tentara Muslimin sudah bersiap akan berangkat, Hathib bin Abi Balta’ah mengirim sepucuk surat di tangan seorang perempuan dari Makkah,[6] Isi surat tersebut merupakan persiapan hendak menghadapi mereka. Hatib merupakan orang besar dalam Islam, tetapi sebagai manusia dari segi kejiwaannya ia mempunyai beberapa kelemahan, yang terkadang cukup menekan jiwanya sendiri dan menghayutkannya kedalam masalah yang memang tidak dikehendaki hatinya. Hal ini segera diketahui Muhammad, cepat-cepat ia menyuruh Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam mengejar Sarah. Perempuan itu disuruh turun, surat dicarinya di tempat barang tetapi tidak ditemukan. Perempuan itu  diperingatkan, bahwa kalau surat itu tidak dikeluarkan, merekalah yang akan membongkarnya. Melihat keadaan yang begitu sungguh-sungguh, perempuan itu berkata: Lalulah.
Kemudian ia membuka ikatan rambutnya dan surat itu pun dikeluarkan, yang oleh kedua orang itu dibawa ke Madinah. Sekarang Hatib dipanggil oleh Muhammad dan ditanya kenapa ia sampai berbuat demikian. “Rasulullah,” kata Hatib,”demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah. Sedikit pun tak ada perubahan pada diri saya. Saya tidak punya hubungan keluarga atau kerabat dengan mereka, tetapi saya punya seorang anak dan keluarga di tengah-tengah mereka.[7]
Umar bin Khathab berkata ,”Wahai Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya, karena dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta bersikap munafik.”
  Rasulullah SAW menjawab, ”sesungguhnya dia pernah ikut dalam perang Badar. Lalu bagaimana engkau bisa mengetahui hal itu wahai Umar? Boleh jadi Allah telah mengetahui isi hati orang-orang yang ikut dalam perang Badar.” Lalu beliau bersabda lagi, ”Berbuatlah sesuka kalian, karena kesalahan kalian sudah diampuni.” Kedua mata Umar meneteskan butir-butir air mata, seraya berkata, ”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Begitulah Allah mencekal setiap mata-mata, hingga tidak ada sedikit informasi pun yang didengar Quraisy tentang persiapan orang-orang Muslim untuk berperang.[8]

C.    Peristiwa Fatkhul Makkah
Rasulullah berangkat bersama seluruh sahabat dari Madinah menuju Makkah pada bulan Ramadhan tahun ke-8 H, dalam perjalanan ini, mereka semua tetap berpuasa. Sesampainya di al-Kadid, Rasulullah berbuka diikuti oleh kaum Muslimin yang menyertainya.
Rasulullah berangkat untuk penaklukan Makkah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H, dan berada di kota Makkah selama 19 malam. Selama meninggalkan Madinah, Rasulullah menunjuk Abu Rahmin Kultsum ibn Hishn ibn Utbah ibn Khalaf al-Ghifari untuk mengendalikan semua urusan di Madinah.
Pasukan Muslimin terus bergerak maju, mereka berhenti di Marr azh-Zhahran, sebuah tempat di antara Makkah dan Madinah. Sampai saat itu berita tentang kedatangan mereka belum tercium sama sekali oleh orang-orang Quraisy. Namun, mereka sudah memperkirakannya, karena kegagalan misi Abu Sufyan ke Madinah saat meminta revisi perjanjian yang telah mereka langgar. Disebutkan bahwa sesampainya Abu Sofyan di Makkah dengan membawa kegagalan, kaum Quraisy langsung menugaskan Abu Sufyan, Hakim ibn Hizam, dan Budail ibn Warqa’ untuk memata-matai keadaan dan gerakan Rasulullah.
Di tengah perjalanan ketiganya beristirahat melepas lelah dan tiba-tiba melihat Abbas melewati mereka dengan mengendarai keledai Rasulullah. Saat itu, Abbas tengah dalam perjalanan menunaikan tugas dari Rasulullah, yaitu meminta para pemimpin Quraisy untuk mengirimkan utusan guna mengadakan perjanjian damai sebelum beliau memasuki kota Makkah dengan paksa. Saat Abbas datang, ketiga mata-mata itu tengah membincangkan banyaknya pasukan dan api unggun yang terlihat dari arah Marr azh-Zhahran. Budail mengira pasukan tersebut dari kabilah Khuza’a, tetapi Abu Sofyan menyangkal sanggahannya, Abbas pun memberitahukan bahwa pasukan yang mereka lihat adalah laskar muslimin. Mendengar itu, Abu Sofyan langsung cemas dan ketakutan, akhirnya ia bersedia menerima tawaran Abbas untuk menemui Rasulullah dan minta perlindungan dari beliau.
Selanjutnya Abbas memboncengkan Abu Sufyan di atas keledainya menuju perkemahan pasukan Muslimin, ketika Umar melihat kedatangan Abu Sufyan bersama Abbas, ia segera mengejar mereka berdua Abu Sufyan, namun Rasulullah berhasil mencegahnya.
Abbas menghadapkan Abu Sufyan kepada Rasulullah, lalu beliau mengajak Abu Sufyan untuk masuk Islam. Namun, Abu Sufyan masih saja ragu dan terus mendebat beliau hingga larut malam. Akhirnya, Rasulullah meminta Abbas untuk membawa Abu Sufyan ke tendanya, dan membawanya kembali menemui beliau keesokan harinya.[9]
Menjelang subuh, Abu Sufyan terbangun, dia melihat pemandangan yang belum pernah dia saksikan sebelumnya. Dia mendengar adzan, maka bersegera kaum muslimin segera berwudhu, lalu shalat berjama’ah, mengikuti Rasulullah SAW gerak demi gerak.
”Hai Abbas, apakah mereka itu melakukan semua yang diperintahkan Rasul?” Tanya Abu Sufyan. ”Demi Allah kalau Rasul memerintahkan mereka tidak makan dan minum, mereka pasti mematuhinya”.[10]
Setelah itu aku menemui beliau lagi. Ketika melihat Abu Sufyan yang ikut bersamaku, ”Celakalah kau wahai Abu Sufyan, bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa tiada Illah selain Allah?” 
Abu Sufyan berkata, ”Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, engkau sungguh orang yang murah hati, mulia, dan selalu menjaga hubungan kekeluargaan. Jauh-jauh hari aku sudah menduga, andaikan ada jauh-jauh hari aku sudah menduga, andaikan ada sesembahan lain bersama Allah, tentunya aku tidak membutuhkan sesuatu pun setelah ini.”
 Beliau bersabda, ”Celaka kau wahai engkau Abu Sufyan, bukankah sudah tiba saatnya untuk mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah?”
Abu Sufyan berkata, demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, engkau sungguh orang yang murah hati, mulia, dan selalu menjaga hubungan, kekeluargaan. Kalau mengenai masalah ini, di dalam hatiku ada sesuatu yang mengganjal hingga saat ini.”
Al-Abbas berkata, ”Celaka kau, masuklah Islam, bersaksilah bahwa tiada illah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, sebelum beliau memenggal lehermu. ”Maka setelah itu, Abu Sufyan masuk Islam dan memberikan kesaksian secara benar.
Al-Abbas berkata kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasuluulah, Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia sesuatu!”
Beliau bersabda, ”Benar, barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka keamanan dirinya terjamin. Siapa yang memasuki Masjidil Haram, maka keamanan dirinya terjamin.”
Pada Selasa pagi hari tanggal 17 Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW meninggalkan Marr Azh- Zhahran menuju Makkah. Beliau memerintahkan Al-Abbas untuk menahan Abu Sufyan di ujung jalan tembus melewati gunung, hingga pasukan Allah lewat di sana, dengan begitu Abu Sufyan bisa melihat semuanya. Setiap kabilah yang lewat di jalan itu membawa bendera masing-masing dengan pasukan yang begitu banyak.[11]
Al-Abbas menyarankan kepada Abu Sufyan agar segera kembali ke Makkah sebelum rombongan Nabi SAW tiba. Begitu tiba di Makkah, dia langsung berteriak: ”wahai keluarga besar Quraisy. Ini Muhammad telah datang dengan pasukan yang tidak mampu kamu lawan, siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia akan aman, siapa yang menutup rumahnya, maka dia aman dan siapa yang akan masuk Masjid maka dia akan aman.
Demi mendengar kedatangan pasukan Muslimin, kaum Quraisy langsung memobilisasi sejumlah suku dan sekutu mereka untuk menghadapi laskar muslimin.” Mari kita hadapi mereka! Bila mereka yang menang, kita boleh ikuti kemauan mereka . Tapi, jika mereka yang kalah, itulah yang kita harapkan!” seru mereka kepada setiap suku dan kabilah yang mereka ajak bersekutu untuk melawan Rasulullah dan pasukannya.
Melihat penentang itu, Rasullah memerintahkan pasukan Muslimin untuk segera menyerbu. Mereka terus bergerak maju, hingga akhirnya berhenti di sebuah tempat bernama Shafa. Di tempat ini, beberapa orang dibunuh karena mencoba menghalangi laju mereka.[12]
Pada pagi hari Jum’at tanggal 20 Ramadhan tahun 8 H, Nabi SAW memasuki kota Makkah dengan menunggangi unta. Beliau, menundukkan kepala sampai-sampai jenggot beliau nyaris menyentuh pelana unta, pertanda rendah hati, dan syukur kepada Allah atas nikmat yang di anugrahkan-Nya. Berulang-ulang juga pada saat menunggang unta itu beliau membaca Surah al-Fatkhul yang menjanjikan kemengan ini.[13]
Rasulullah SAW melarang pasukannya menggunakan senjata ketika mereka memasuki Makkah dalam menghadapi siapa saja, kecuali yang menentang mereka. Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk berlemah lembut terhadap harta dan apa saja yang dimiliki penduduk Makkah dan untuk tidak berlaku kasar pada mereka.[14]
Sementara itu, jumlah korban tewas dari kaum musyrikin saat itu 12 sampai 13 orang, tetapi ada yang mengatakan hampir mencapai 20 orang. Adapun dari pihak suku Hudzail ada 3 atau 4 orang yang tewas. Ada juga yang mengatakan korban tewas dari kaum Quraisy mencapai 24 orang dan dari suku Hudzail 4 orang. Bahkan ada pula yang menyebutkan bahwan korban tewas dari pihak Quraisy mancapai 70 orang.[15]
Rasulullah kemudian memerintahkan pembersihan ka’bah dari segala macam berhala, bahkan beliau terjun langsung menghancurkan berhala-berhala itu dengan tangan beliau sendiri seraya membaca Surat al-Isra’ ayat 81.
ö@è%ur uä!%y` ,ysø9$# t,ydyur ã@ÏÜ»t6ø9$# 4 ¨bÎ) Ÿ@ÏÜ»t7ø9$# tb%x. $]%qèdy ÇÑÊÈ  
81. dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
            Ali yang paling banyak melakukan perintah ini, termasuk menghancurkan berhala terberat dan terbesar yang dinamakan Hubal.[16]
Berhala yang ada di sekitar Baitul Haram seluruhnya berjumlah 360 buah. Di dalam ka’bah terpampang lukisan Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq sedang mengundi nasib dengan panah. Lukisan itu kemudian disiram dengan minyak za’faran. Rasulullah baru masuk ke dalam Ka’bah setelah lukisan itu dikeluarkan dari situ. Beliau bersabda” Semoga Allah membunuh orang-orang yang membuat lukisan ini, sesungguhnya Ibrahim tidak pernah mengundi nasib dengan panah.
Selanjutnya, Rasulullah memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Melihat hal itu, sebagian orang dari Bani Sa’id ibn Ash berkata ,” Allah benar-benar telah memuliakan Sa’id sebab Dia mematikannya sebelum melihat orang kulit hitam itu berada di atas Ka’bah, sebagian Quraisy juga mengatakan hal serupa.
Pada hari itu pula Rasulullah SAW masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abu Thalib, lalu mandi dan shalat delapan rakaat di rumahnya. Saat itu adalah waktu dhuha. Banyak orang yang menduga itu adalah sholat dhuha.[17]
Beliau mengutus Khalid bin Walid dalam satu tim beranggotakan 30 orang ke dalam satu tim beranggotakan 30 orang ke daerah Nakhlah, Tsaqif, untuk menghancurkan Uzza, berhala sesembahan kabilah Mudhar, Quraisy dan Kinanah. Beliau juga mengirimkan Sa’ad ibn Zaid al-Asyhali bersama 20 orang tentara untuk menghancurkan berhala Manat yang berada di Musyallal dari arah Qudaid. Manat adalah berhala yang diagungkan oleh bangsa Arab, khususnya kabilah Aus dan Khazraj, sebelum masuk Islam. Beliau juga mengutus Amru ibn Ash untuk menghancurkan Suwa’ berhala kabilah Hudzail.
Beberapa waktu kemudian, orang-orang berkumpul untuk melakukan bai’at kepada Rasulullah. Mereka berbai’at untuk patuh dan setia kepada Allah dan Rasulnya. Setelah membai’at kaum lelaki, Rasulullah bernmaksud membai’at kaum perempuan maka berkumpulah perempuan-perempuan itu. Salah satu hasil paling nyata dari peneklukkan kota Makkah ini adalah berbondong-bondongnya kabilah-kabilah Arab beserta seluruh warganya masuk Islam. Seperti dalam surat An-nashr ayat 1 sampai 3. Pasalnya, mereka memang telah menanti-nanti hasil akhir dari pertarungan antaara kaum muslimin dengan kaum Quraisy.
#sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ   |M÷ƒr&uur }¨$¨Y9$# šcqè=ä{ôtƒ Îû Ç`ƒÏŠ «!$# %[`#uqøùr& ÇËÈ   ôxÎm7|¡sù ÏôJpt¿2 y7În/u çnöÏÿøótGó$#ur 4 ¼çm¯RÎ) tb%Ÿ2 $R/#§qs? ÇÌÈ  
1.apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2.dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3.Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
Selama berada di Makkah usai penaklukkan, Rasulullah sempat menyampaikan beberapa khutbah. Dalam khutbah-khutbahnya itu, belau menerangkan berbagai ajarandan prinsip hukum Islam.[18]
Penaklukkan Makkah ini menimbulkan kekhawatiran Anshar yang demikian mencintai dan mengagungkan Rasulullah SAW. Mereka khawatir jangan sampai beliau enggan kembali ke Madinah tetapi Rasul menenangkan mereka bahwa belau akan selalu bersama mereka di Madinah sehidup semati. Memang. Demikianlah, maka setelah 19 hari belau bermukim di Mekkah akhirnya beliau kembali ke Madinah.[19]

IV.             KESIMPULAN
·         Kaum Quraisy mengingkari perjanjian Hudabaiyah yang dilakukan bersama kaum Muslimin. Setelah Rasulullah mengetahui bahwa Kaum Quraisy mengingkari perjanjian Hudaibiyah maka Rasulullah memberikan pilihan terhadap mereka, 1. Membayar denda (diyat) untuk kematian orang-orang bani Khuza’ah, 2. Mencabut dukungan terhadap Bani Bakar, atau 3. Perang. Ternyata kaum Quraisy memilih perang. Setelah pihak Quraisy baru mengakui kekeliruannya maka Abu Sufyan pergi ke Madinah untuk bertemu Nabi tetapi Abu Sufyan pulang dengan tangan hampa karena tidak bertemu Nabi.
·         Rasulullah melakukan persiapan untuk menuju ke Makkah tapi beliau pada mulanya menyembunyikan kepada kaum Muslimin arah tujuannya kemana. Rasulullah berangkat untuk penaklukan Makkah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H, dan berada di kota Makkah selama 19 malam.
·         Dalam perjalanan menuju Makkah, Rasulullah bertemu dengan pamannya, Abbas  dan Abu Sufyan. Abu Sufyan dibawa kepada pihak Kaum Muslimin dan bertemu Nabi serta berdialog kepada Beliau kemudian ia masuk Islam. Nabi meberikan jaminan kepada Abu Sufyan barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka keamanan dirinya terjamin. Siapa yang memasuki Masjidil Haram, maka keamanan dirinya terjamin dan yang menutup pintu rumahnya.
·         Pada pagi hari Jum’at, tanggal 20 Ramadhan, tahun 8 H, Nabi SAW memasuki kota Makkah dengan menunggang unta seraya membaca Surah al-Fatkhul. Abu Sufyan melihat pasukan kaum Muslimin yang jumlahnya 10.000 orang dan terkagum atas usul Abbas Abu Sufyan pulang ke Makkah dan berseru kepada kaumnya bahwa Muhammad sebentar lagi datang dengan pasukan yang banyak dan kalian tidak dapat mengimbangi. Maka Abu Sofyan berseru dengan jaminan yang dikatakan Nabi kepada kaumnya. Orang yang bersikeras membuat perlawanan kepada Nabi dan korban yang jatuh dari Quraisy.
·         Rasullah membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang berjumlah 360. Kemudian menyuruh bilal untuk mengumandangkan adzan dan sholat berjama’ah. Adanya fatkhul maka ini menyebabkan orang-orang berbondong-bondong masuk Islam. Nabi melakukan pembaiatan kepada orang laki-laki dan perempuan. Setelah 19 malam berada di Makkah akhirnya Nabi pulang ke Madinah.

V.                PENUTUP
Makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ……..







DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber yang Otentik, Jakarta: Qisthi, 2005.
Ali, al-Hasani an-Nadwi Abul Hasan, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta: Mardhiyas Press, 2007.
Haekal, Muhammad Husain,Sejarah Hidup  Muhammad, Jakarta: PT.Mitra Kerjaya Indonesia, 2008.
Nasr Sayyed Hoseein , Kekasih Allah Muhammad, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.
Quraish, Shihab M , Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw Dalam Sorotan Al Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, Jakarta: Lentera Hati,2011.

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.


[1] Garis besar Perjanjian Hudaibiyah berisi : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah"
[2] Mata air al-Watir ini terletak di daerah Makkah hilir
[3] Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber  yang Otentik, (Jakarta: Qisthi, 2005), Cet. IV, hlm.733
[4] M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw Dalam Sorotan Al Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati,2011), Cet. I, hlm. 896
[5] Mahdi Rizqullah Ahmad, Op. Cit., hlm. 734-737
[6] Perempuan tersebut merupakan seorang budak salah seorang Bani Abdul Muthalib bernama Sarah dan diberi upah supaya surat itu disampaikan kepada pihak Quraisy.
[7] Muhammad Husain Haekal,Sejarah Hidup  Muhammad, (Jakarta: PT.Mitra Kerjaya Indonesia, 2008), Cet. XXX, hlm. 461-462
[8] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), Cet. III, hlm. 467
[9] Mahdi Rizqullah Ahmad, Op., Cit., hlm. 739-743
[10] M. Quraish Shihab, Op., Cit., hlm. 910
[11] Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri., Op., Cit., hlm. 470
[12] Mahdi Rizqullah Ahmad, Op., Cit., hlm. 745
[13] M. Quraish Shihab, Op., Cit., hlm. 917
[14] Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta: Mardhiyas Press, 2007), Cet. III, hlm. 408-409
[15] Mahdi Rizqullah Ahmad., Op., Cit., hlm. 746
[16] Sayyed Hoseein Nasr, Kekasih Allah Muhammad, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), Cet. II, hlm. 47
[17] Syaikh Shafiyurrahman, Op., Cit., hlm. 476
[18] Mahdi Rizqullah Ahmad, Op., Cit., hlm. 755-758
[19] M. Quraish Shihab, Op., Cit., hlm. 933

0 komentar:

Posting Komentar